Sabtu, 20 September 2008

SELAMAT DATANG CALON BURUH DI INDUSTRI PENGETAHUAN

Gegap gempita penerimaan mahasiswa baru di kampus Universitas Hasanuddin telah menjadi ritual yang rutin dilakukan setiap tahun. Ritual itu berjalan dalam hingar-bingar pertarungan ideologi, kepentingan, kekuasaan dan sebagainya, yang bertabrakan dalam satu lapangan yang bernama Unhas. Universitas yang seharusnya tempat untuk bersemainya kader bangsa dan kader umat untuk membangun peradaban bangsa yang bermartabat, justru hanyut dalam jebakan pragmatisme yang terlalu liar sehingga sulit untuk dikendalikan dengan akal sehat. Unhas hampir saja kehilangan tanggungjawab sosialnya, karena yang muncul adalah keinginan menciptakan generasi baru yang pintar, cerdas dan “patuh” pada permainan-permainan institusi yang menyesatkan.


Mereka yang dianggap sebagai kader bangsa adalah mereka yang selalu mengikuti aturan, disiplin pakaian dan disiplin juga “cara berpikirnya”. Padahal cara berpikir seperti ini adalah sama dengan cara berpikir Belanda ketika menjajah Indonesia hampir satu abad yang lalu, yaitu mendisiplinkan cara berpikir anak bangsa ini, mereka dijadikan sebagai buruh untuk kepentingan perdagangan rempah-rempah mereka. Buruh-buruh kasar pribumi ini tidak di ajak untuk berpikir, tetapi seluruh kepentingan mereka di “pikirkan” oleh Belanda sebagai “rezim pengetahuan”, hingga nyawa para buruh-pun digenggam oleh mereka ini.


Pendidikan Indonesia pasca colonial adalah model yang dilakukan oleh Belanda kala dulu, pendidikan balas budi, yakni menyediakan sekolah-sekolah bagi inlader agar hasil produksi di neara-negara nederlander bisa dipasarkan di negara jajahannya. Karena “hanya orang-orang terpelajar yang bisa berpenghasilan tinggi, dan hanya mereka yang berpenghasilan tinggi yang bisa belanja banyak”. Namun pikiran Belanda keliru, karena justru mereka yang di didik disekolah nederlander ini yang melakukan perlawanan terhadap Belanda.


Karena itu, saat ini, anak-anak muda belia yang menginjakkan kaki di perguruan tinggi manapun – termasuk Unhas – adalah anak kandung masa lalu, karena institusi pendidikan bukan untuk membebaskan, memandirikan pikran-pikiran individu, tetapi justru institusi pendidikan telah menjadi industri pengetahuan. Mahasiswa sudah pasti adalah kaum intelegensia, karena itu mereka sudah bisa dipastikan menjadi buruh. Namun para buruh ini ketika punya modal (hanya segelintir orang yang punya modal) akan menindas mereka yang bekerja pada perusahaannya. Karena pendidikan bukan untuk memerdekkan, tetapi untuk membelenggu pikiran yang merdeka. Anda dipaksa hafal pasal-pasal, rumus-rumus, dan teori-teori yang tidak masuk akal. Padahal tujuan utamanya hanya satu, yaitu menjadikan anda sebagai buruh yang patuh.

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kom. Fakultas Hukum Unhas

1 komentar:

ANA mengatakan...

Selamat berjuang ya teman-teman. Fastabiqul khaerat