Senin, 16 November 2009

Pemuda dan Budaya Bangsa Indonesia dalam Cengkraman globalisasi

Sekitar permulaan tahun 2009 yang lalu, menarik jika kita memperhatikan sebuah acara budaya yang diadakan oleh teman-teman mahasiswa yang bertajuk pesta kenduri yang dilaksanakan sangat mengesankan dengan berbagai tata panggung yang cukup sederhana namun membuat penontonnya dapat menarik makna yang ingin disampaikan di acara ini. Kemudian di dalamya banyak diisi dengan pementasan musik tradisional, teater dan tari-tarian tradisional yang mungkin saja jarang dilihat di tengah-tengah kebiasaan pemuda sekarang khususnya mahasiswa dalam upaya melestarikannya, mengingat kebiasaan yang dilakukan tiap tahunnya oleh para mahasiswa yang dinamai Inaugurasi baik itu dalam skala jurusan dan fakultas yang lebih banyak menampilkan budaya barat yang dianggap dunia ke”modern”aan setidaknya dibandingkan dengan acara Kenduri ini yang kesemuanya diisi dengan kebudayaan Indonesia.

Hal ini kemudian menarik perhatian penulis dimana ditengah kemerosotan nilai-nilai moral kebudayaan lokal Indonesia di kalangan masyarakat Indonesia khususnya para pemuda(i) yang merupakan generasi penerus bangsa, dapat disaksikan bahwa degradasi pengetahuan mengenai budaya sendiri di kalangan pemuda bangsa sendiri yang kemudian banyak tertutupi dengan masuknya budaya-budaya barat atau yang sering kita kenal dengan kata globalisasi dan terkadang dijadikan kiblat para pemuda bangsa sebagai sebuah simbol ke”moderen”an dalam berperilaku. Kemudian muncul sebuah ketakutan ketika pemuda bangsa Indonesia sebagai generasi penerus bangsa lebih suka dibilang tak berbudaya ketimbang tidak keren atau modis dalam istilah dunia fashion misalnya. Kita seringkali merasa mempunyai kebudayaan setelah dicaplok oleh bangsa lain, contoh misalnya adalah pengakuan batik oleh malaysia sebagai miliknya maka ramai-ramailah kita mengutuk perbuatan itu padahal kita tidak pernah melihat diri sendiri, apakah kita sudah menjaga atau melestarikan budaya sendiri agar hal itu tidak diakui oleh megara lain dengan seenaknya?

Menarik memang ketika kita kemudian menarik sebuah benang merah antara pementasan budaya ini di mana adanya himpitan dari penayangan sinetron-sinetron Indonesia yang tidak jelas ujung pangkalnya yang sekarang banyak kita lihat di dalam layar kaca Indonesia. Kemudian warna dalam dunia perfilman kita yang banyak diwarnai oleh proses percintaan yang kemudian dibumbui oleh tokoh-tokoh protagonis yang kejam dan sering menampilkan adegan-adegan kekerasan yang terkadang menimbulkan sebuah pertanyaan apakah ada manusia yang tega berbuat seperti ini di dalam dunia nyata tentunya. Apalagi ditambah dengan film-film yang banyak berbau horror (mistis) ataupun seks yang sangat tidak memberikan sebuah informasi positif bagi penontonnya. Apakah kemudian film-film di Indonesia tidak dapat lagi memberikan sebuah nilai-nilai positif bagi masyarakat atau film Indonesia hanya menjadi barang dangangan para kapitalis di negeri ini saja? Perlu kita ingat bahwa pengaruh televisi sangat besar dalam tingkah laku anak negeri, misalnya saja maraknya video kekerasan anak sekolah maupun peristiwa perkelahian anak akibat meniru gaya gulat bebas di televisi. Tentunya ini kemudian menajdi tantangan kita untuk kemudian bagaimana menfilternya dengan menggunakan kekayaan kearifan lokal sendiri dan pelajaran bagi anak – anak bangsa untuk senantiasa melestarikan budaya nasional.

Kembali ke permasalahan awal tulisan ini mengenai pemuda dan budaya yang merupakan hasil penerjemahan instrument-instrumen acara yang di berikan dalam acara kenduri ini. Walaupun memang ini tidak dapat menjadi sebuah tolak ukur untuk mengklaim secara menyeluruh bahwa antara pemuda dan budaya bangsa Indonesia mulai saling menjauhi atau mungkin ini dapat dilihat dari banyaknya pemuda(i) yang kurang begitu paham dengan budayanya sendiri agar kita tak terjerembab dalam over generalisasi, karena masih ada kelompok-kelompok pemuda ( mahasiswa ) yang masih peduli dengan kearifan lokal namun tetap menjaganya sebagai upaya penanaman sikap Nasionalisme di dalam dirinya. Namun dari hal hal tersebut adanya pencitraan kebudayaan nasional itu hanya urusan orang dulu dan pandangan kekolotan yang terkandung didalamnya sehingga para pemuda terkadang merasa risih untuk menjalaninya ataupun karena besarnya pengaruh budaya barat yang cukup membuat kabut hitam diantara pemuda dan budaya bangsanya sendiri. Yang semestinya kita merupakan pemengang tongkat estafet ini untuk menjaga itu semua.

Pementasan dari beberapa jenis kesenian tradisional modern yang dikemas dalam acara ini kemudian menjadi menarik untuk disaksikan. Ternyata kebudayaan kita begitu plural atau bermacam-macam dan begitu indah yang memungkinkan bagi Negara lain untuk iri terhadap apa yang dimiliki bangsa ini. Tetapi kemudian apakah dengan beragamnya kebudayaan kita yang tidak mungkin dimiliki oleh Negara lain di dunia ini hanya sebatas menjadi kebanggaan saja yang kemudian membawa kita pada berbangga-bangga ria serta lupa bahwa ada beberapa jenis kebudayaan yang merupakan hak milik bangsa ini dan di klaim oleh bangsa/Negara lain sebagai miliknya? Kita terkadang lebih bangga dengan slogan-slogan bahwa bangsa ini merupakan bangsa yang beragam dan unik tanpa ada upaya untuk turut melestarikannya walaupun itu dengan sebatas mempelajarinya sebagai sebuah teks saja atau formalitas dalam mata pelajaran atau kuliah saja..

Kekrisauan akan permasalahn kebudayaan Indonesia di kalangan pemuda(i) ketika menyaksikan pertunjukan ini adalah pertama dilihat dari kuantitas mahasiswa yang tidak sempat menyaksikan acara ini yang sesungguhnya sangat menarik. Walapun dengan keterpurukan kepedulian tentang kebudayaan bangsa ini adalah apakah mereka yang menyaksikan acara ini kemudian karena tertarik dengan ini semua ataua hanya sekedar menyaksikan saja untuk mengisi waktu, atau hanya untuk menyaksikan temannya yang tampil tanpa melihat isi kandungan dari pelaksanaan pertunjukan ini.

Terakhir mungkin untuk menyelesaikan tulisan yang sangat sederhana ini adalah keragaman budaya adalah anugerah dan bukan musibah, serta nilai-nilai keragaman budaya mulai tercerabut dari pemahaman awalnya yang kemudian diwarnai oleh budaya-budaya asing yang kita tiru tanpa adanya analisis kritis terlebih dahulu. Kita akan lebih merasa keren memakai pakaian model barat ketimbang memakai batik karena nanti di bilang layaknya orang tua dan kampungan bukan kotaan. Menyikapi ini adalah mestinya para pemuda Indonesia kemudian menjadi pelopor menglobalkan Indonesia dan bukannya mengindonesiakan globalisasi tentunya dengan keragaman budaya yang kita miliki sebagai sebuah kebanggaan tersendiri.sebagai kata terakhir bapak proklamator kita Moh. Hatta pernah berkata dalam kuliahnya ”Pemuda adalah penghias yang indah dalam pandangan-pandanganku untuk Indonesia yang maju di masa depan”.


Oleh : Andy Arya Maulana W

Pikom IMM FISIP UNHAS

Selasa, 10 Maret 2009

TAQWA dan SUKSES

Sukses itu adalah keinginan setiap manusia. Kalau anda sukses siapakah yang merasakannya? Apa kata teman-teman anda? Siapakah yang pertama kali berbahagia akan kesuksesan anda itu ?
Sukses bukanlah terbatas kepada kesuksesan materi saja, namun mencakup kesuksesan rohani, mental, reputasi anda di masyarakat studi, karir, rumah tangga dan lain-lainnya.
Dalam penuturan Al Qur’an sukses disebutnya “ muflihuun”, ”faizuunn”. Pangkal kesuksesan tersebut terletak pada persiapan mental, dalam hal ini disebutkan dalam Al Qur’an dengan “taqwa”.
Gambaran dari manusia yang taqwa itu disebutkan di awal Al Qur’an surat al Baqarah yang menggariskan dua dasar pokok yaitu adanya hubungan manusia dengan Tuhan penciptanya dan alam ghaib, kemudian hubungan baiknya dengan ummat manusia.
Predikat yang diberikan oleh tuhan kepada mereka yang taqwa itu antara lain :
· “innal muttaqin lahusnu maab”
( orang yang taqwa mendapat tempat yang baik ) surat shod : 49.
· “innal muttaqiina fi maqoomin aamin”
( orang yang taqwa mendapat tempat yang aman sentosa ) surat duchan : 41.
· “innal muttaqina fi zhilaalin wa ‘uyuun”
( orang yang taqwa selalu di bawah perlidungan dan perhatian Tuhan ) surat al-mursila : 41.
· “innal muttaqiina mafaaza”
( orang taqwa selalu sukses ) surat ‘Amma : 31.
· “wallahu waliyul muttaqiin”
( Allah selalu menjadi wali/pelindung bagi orang yang taqwa ) al-jasiah : 19.
· “wa lani’ma daarul muttaqiin”
( alangkah nyamannya tempat orang yang taqwa ) al-nahl : 30.
· “wa’lammu anaallaaha ma’al muttaqiin”
( ketahuilah bahwasanya Allah selalu bersama orang-orang yang taqwa ) al-baqarah : 194.
Penjabaran dari taqwa sebagai unsur utama mencapai sukses itu kelihatan dalam tiga sikap laku manusia:
o Sikap mental yang dinamis, optimis, kuat dan mantap.
o Sikap berfikir positif, konstruktif.
o Sikap berbuat yang teratur berencana dan mulia.
Ketiga sikap ini disebutkandalam Islam dengan:
“qalbun saliim” = hati/mental yang sehat
“ ’aqlus saliim” = pikiran yang sehat/kuat
“ amalun sholih” = karya nyata yang mulia.
Anda tentu meingininkan sukses masa remaja, remaja yang penuh gemilang; di hari tua yang tenang, sudah wafat penuh dikenang.

Muhammad Ridwan Zain
Ilmu Gizi FKM UNHAS
IMM Pikom Medic UH

Rabu, 21 Januari 2009

IDENTITAS IMM

Bismillahirrahmanirrahim

Untuk terus mengembangkan hidup dan kehidupan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah serta amal geraknya maka perlu ditegaskan identitas IMM sebagai berikut :
-Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah organisasi kader yang bergerak di bidang keagamaan, kemasyrakatan dan kemahasiswaan dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah.
-Sesuai dengan gerakan Muhammadiyah maka Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah memantapkan gerakan dakwah di tengah-tengah masyarakat khususnya di kalangan mahasiswa.
-Setiap anggota Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah harus mampu memadukan kemampuan ilmiah dan akidah.
-Oleh karena setiap anggota harus tertib dalam ibadah, tekun dalam study dan mengamalkan ilmunya untuk menyatalaksanakan ketaqwaan dan pengabdiannya kepada Allah SWT.


PENJELASAN IDENTITAS IMM

I. Pengalaman sejarah mengajarkan kepada kita bahwa suatu organisasi didalam melintasi perjalanan hidupnya akan bergerak secara mantap apabila identitas atau kepribadiannya atau syakhsyiahnya nampak jelas dan tegas.
Selama identitas itu masih kabur maka “raison de etre” dari organisasi itu akan tetap dipersoalkan yakni apakah organisasi itu mampu menjawab tantangan jamannya atau tidak. Selain itun masih juga dipersoalkan apakah organisasi itu dengan identitasnya Assuoh benar-benar dikembangkan untuk merealisir idea kelahirannya.
Hal seperti ini berlaku pula dengan ikatan kita, yang bertujuan mebentuk akademisi islam yang berkahlaq mulia dalam rangka mewujudkan tujuan muhammadiyah, maka perlu identitas dirumuskan dalam suatu formulasi yang jelas, namun harus diingat bahwa identitas ini harus inherent dalam tubuh Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sejak ia lahir di tengah-tengah masyarakat bangsa Indonesia.
Dalam pada itu harus diingat pula identitas dengan adanya identitas Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang telah dirumuskan di atas sama sekali tidak tergantung makana bahwa Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah memiliki kepribadian berbeda dengan kepribadian Muhammadiyah, sehingga seolah-olah memiliki kepribadian ganda. Kepribadian Muhammadiyah adalah secara concerent juga kepribadian Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, akan tetapi karena fungsi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai exponen mahsiswa dalam tubuh Muhammadiyah memiliki ciri-ciri khusus.
Dan sebagai Ikatan dari Mahasiswa Muhammadiyah ia juga memiliki ciri-ciri yang membedakannya dari perkumpulan mahasiswa lainnya. Ciri-ciri khusus yang membedakannya dari organisasi mahasiswa lain itulah yang dirumuskan dalam identitas Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.
II. Dalam gerak perjuangan didalam bidang keagamaan, kemasyrakatan dan kemahasiswaan untuk mencapai tujuan Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah telah meletakkan beberapa dasar falsafah, bagi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dasar falsafah yang dipegang adalah :
- Semua amal geraknya harus diabdikan untuk Allah semata.
- Keikhlasan harus senantiasa menjadi landasan geraknya.
- Ridho Allah SWT, harus menjadi ghayah terakhirnya, karena tanpa ridho-Nya tidak akan pernah ada sesuatu hasilnya yang bisa dicapai.
- Tenaga perbuatan (power of action) sangatlah menentukan karena nasib kita akan banyak tergantung akan usaha dan perbuatan kita sendiri.
- Falsafah Al-Ghayatu yabarriru al-washilah atau apa yang disebut “the oad justifies the means” haruslah disingkirkan jauh-jauh karena tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai organisasi yang berpegang teguh pada ajaran nilai-nilai Islam penyakit kelelsuan berorganisasi atau perebutan jabatan dalam organisasi tidak bolah terjadi karena tujuan akhir perjuangan kita sekali lagi adalah ridho Allah dan bukan selainnya. Keikhlasan berjuang memang sengaja ditekankan, karena itu merupakan pokok bagi keberhasilan usaha kita, disamping itu selalu menjadi benteng yang kuat terhadap penyakit-penyakit patah semangat dan lain-lain kiranya sangat baik rangkaian kata-kata berikut selalu kita ingat :
- Semua orang pada hakekatnya mati kecuali yang berilmu.
- Semua yang berilmu akan bingung kecuali yang beriman.
- Semua yang beriman akan rugi, kecuali yang beramal shaleh.
- Semua yang beramal shaleh akan kecewa dan menyesal, kecuali yang ikhlas.
III. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah organisasi kader, jadi bukan organisasi massa. Pengertian Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai organisasi kader harus ditafsirkan bahwa setiap Mahasiswa yang akan menjadi anggota Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah tidak cukup hanya dengan memehami dan menyetujui AD dan ART Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah saja, akan tetapi ia harus bersedia dan sanggup mendukung secara aktif cita-cita dan program organisasi serta selalu berusaha untuk melaksanakan tuntutan-tuntutannya.
Konsekuensi logis dari watak organisasi kader yang demikian adalah mutlaknya pelaksanaan konsolidasi, kaderisasi dan kristalisasi yang bagi IMM 3 K merupakan organisasi “pourtujuors” atau kegiatan rutin bagi dirinya selain itu pengertian IMM kader ialah Muhammadiyah yakni intelegensia atau ulama yang akan menjadi tulang punggung dari pergerakan di lingkungan Muhammadiyah, IMM adalah pelopor, pelangsung, dan pelaksana amal usaha Muhammadiyah.
IV. Sikap daripada gerakan IMM adalah sama dengan Muhammadiyah, yakni gerakan adkwah islamiyah (amar makruf nahi mngkar). Sudah barang tentu usaha serta perjuangannya adalah sesuai dengan keadaan/kadar kemampuannya. Dalam uasaha-usaha yang besar, ia harus menggabungkan kekuatannya dengan Muhammadiyah, bahkan kadang-kadang harus sudah puas menjadi kekuatan suplementer bagi Muhammadiyah, pola-pola gerakan IMM pada pokoknya juga sama dengan perjuangan Muhammadiyah yakni :
- Pembinaan aqidah
- Penyebar luas ilmu ajaran-ajaran islam,
- Penyatalaksanaan amalan-amalan islam.
V. Setiap anggota IMM harus sanggup memadukan kemampuan ilmiah dan aqidah Islam penjelasan dari pengertian ialah bahwa selama studi setiap anggota IMM harus berusaha mencapai kemapuan ilmiah dibidangnya masing-masing sebaik mungkin sambil mengintegrasikan kemampuan ilmiah itu dengan aqidah guna persiapan perjuangan diamas depan. Oleh karena perjuangan yang panjang yang sesungguhnya (yakni lebih berat) akan kita hadapi di masa past studi atau setelah berakhirnya mahasiswa/kuliah. Kemampuan yang dipadukan dengan aqidah yang kokoh kiranya akan menentukan penyelamatan Islam dizaman modern ini. Kebanyakan ulama berpendapat bahwa salah satu permasalahan sentral yang dihadapi dunia Islam dan umatnya dari serbuan isme-isme, kultur dan perdaban non Islam terutama yang datang dari barat. Biasanya masyarakat Islam dalam menghadapi serbuan itu terpecah menjadi tiga golongan :
- Pertama : kaum konservatif, yang berpendirian umat islam bisa menyelamatkan dirinya dari pengaruh-pengaruh non Islam asal mau tetap berpegang teguh pada nilai-nilai tradisional yang sudah ada. Demikian pula gaya dan cara yang sudah estabished harus tetap diawetkan, karena dengan (hanya) inilah kemurnian Islam dijaga.
- Kedua : kaum dinamis yang beranggapan bahwa karena umat Islam sudah ketinggalan zaman dibandingkan dengan bangsa-bangsa barat maka, untuk mengejar ketingglan itu jalan satu-satunya adalah bersumber cultur barat dari semua segi-seginya. Mudah kita bayangkan kaum modernis ini kehilangan identitasnya sebagai islam kendatipun masih mendewakan dirinya sebagai seorang muslim tulen.
- Ketiga : kaum renaissance yang berkeyakinan bahwa islam pasti bisa menjawab persoalan-persoalan zaman asalkan umat islam sendiri sanggup menegakkan islam secara konsekuen. Kaum ini selalu berusaha menterjemahkan ajaran-ajaran islam menjadi realistis ditengah-tengah masyarakat modern, tidak isolatip dan tidak pula apriori terhadap kultur barat.

Jadi keharusan setiap anggota Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dalam tertib ibadah dan tekun dalam studi, taqwa dalam pengabdiannya kepada Allah SWT. Ibadah adalah masalah pokok dalam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah terutama didalam kifayahnya yang benar senantiasa berjamaah. Kita harus sanggup melenyapkan kenyataan yang begitu ironis dilingkungan kita. Tekun dalam studi diharapkan kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah mampu menyelesaikan studi dengan kapasitas yang baik dan tepat waktu.

Terakhir, pengalaman ilmu bagi kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah merupakan kewajiban belajar (menuntut Ilmu), oleh karena trilogi kita adalah belajar, beramal, berjuang.

Sabtu, 20 September 2008

SELAMAT DATANG CALON BURUH DI INDUSTRI PENGETAHUAN

Gegap gempita penerimaan mahasiswa baru di kampus Universitas Hasanuddin telah menjadi ritual yang rutin dilakukan setiap tahun. Ritual itu berjalan dalam hingar-bingar pertarungan ideologi, kepentingan, kekuasaan dan sebagainya, yang bertabrakan dalam satu lapangan yang bernama Unhas. Universitas yang seharusnya tempat untuk bersemainya kader bangsa dan kader umat untuk membangun peradaban bangsa yang bermartabat, justru hanyut dalam jebakan pragmatisme yang terlalu liar sehingga sulit untuk dikendalikan dengan akal sehat. Unhas hampir saja kehilangan tanggungjawab sosialnya, karena yang muncul adalah keinginan menciptakan generasi baru yang pintar, cerdas dan “patuh” pada permainan-permainan institusi yang menyesatkan.


Mereka yang dianggap sebagai kader bangsa adalah mereka yang selalu mengikuti aturan, disiplin pakaian dan disiplin juga “cara berpikirnya”. Padahal cara berpikir seperti ini adalah sama dengan cara berpikir Belanda ketika menjajah Indonesia hampir satu abad yang lalu, yaitu mendisiplinkan cara berpikir anak bangsa ini, mereka dijadikan sebagai buruh untuk kepentingan perdagangan rempah-rempah mereka. Buruh-buruh kasar pribumi ini tidak di ajak untuk berpikir, tetapi seluruh kepentingan mereka di “pikirkan” oleh Belanda sebagai “rezim pengetahuan”, hingga nyawa para buruh-pun digenggam oleh mereka ini.


Pendidikan Indonesia pasca colonial adalah model yang dilakukan oleh Belanda kala dulu, pendidikan balas budi, yakni menyediakan sekolah-sekolah bagi inlader agar hasil produksi di neara-negara nederlander bisa dipasarkan di negara jajahannya. Karena “hanya orang-orang terpelajar yang bisa berpenghasilan tinggi, dan hanya mereka yang berpenghasilan tinggi yang bisa belanja banyak”. Namun pikiran Belanda keliru, karena justru mereka yang di didik disekolah nederlander ini yang melakukan perlawanan terhadap Belanda.


Karena itu, saat ini, anak-anak muda belia yang menginjakkan kaki di perguruan tinggi manapun – termasuk Unhas – adalah anak kandung masa lalu, karena institusi pendidikan bukan untuk membebaskan, memandirikan pikran-pikiran individu, tetapi justru institusi pendidikan telah menjadi industri pengetahuan. Mahasiswa sudah pasti adalah kaum intelegensia, karena itu mereka sudah bisa dipastikan menjadi buruh. Namun para buruh ini ketika punya modal (hanya segelintir orang yang punya modal) akan menindas mereka yang bekerja pada perusahaannya. Karena pendidikan bukan untuk memerdekkan, tetapi untuk membelenggu pikiran yang merdeka. Anda dipaksa hafal pasal-pasal, rumus-rumus, dan teori-teori yang tidak masuk akal. Padahal tujuan utamanya hanya satu, yaitu menjadikan anda sebagai buruh yang patuh.

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kom. Fakultas Hukum Unhas

Minggu, 14 September 2008

Profil IMM


PROFIL

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)

Koordinator Komisariat (KORKOM)

Universitas Hasanuddin

Kota Makassar

Muhammadiyah Student Association


Sekretariat:

Pusat Dakwah Muhamadiyah (PUSDAM)

Jl. Perintis Kemerdekaan No. 38 Km 10

Makassar Tlp (0411) 586018/085255085381

Email : imm_uh@yahoo.co.id


Motto:


Tertib Ibadah, Sukses Study, Unggul Organisasi, dan

Anggun Moralitas


Sekilas Tentang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah


Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) adalah salah satu eksponen gerakan mahasiswa Islam yang menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai landasan gerakannya. Sebagai gerakan Islam IMM memandang bahwa Al-Islam ini adalah sebuah risalah yang harus disampaikan kepada seluruh ummat Islam dan tanggung jawab setiap insan yang mengklaim dirinya sebagai hamba Allah yang juga menyandang atribut khalifah (wakil Allah) di muka bumi ini. Refleksi atas risalah ini menjadi spirit bagi IMM untuk hadir melakukan proses pencerahan di tengah mahasiswa yang menjadi objek dan sasaran dakwahnya.

Selanjutnya tugas kerisalahan tersebut harus dipraksiskan dalam bentuk dan program yang sistematis dan suitstanable (sesuai dengan konteks zamannya). Tantangan globalisasi dan benturan ideologi menuntut sebuah transformasi gerakan Islam yang tetap berpegang pada teks suci yang pahami secara kritis. Sebagai organisasi Islam, IMM berikhtiar melahirkan kader-kader yang sadar akan tanggung jawabnya sebagai hamba dan khalifah. Dengan potensi fitrawi IMM mengajak setiap generasi Islam mengambil peran dan partisipasi dalam pengembangan kompetensi intelektual, humanitas dan spiritual.


Sejarah Kelahiran IMM

Kelahiran IMM tidak lepas dari tuntutan kebangsaan, tuntutan ideologis serta kebutuhan persyarikatan Muhammadiyah. Hal tersebut menjadikan kehadirannya sebagai sebuah keharusan sejarah (A Historical Nessecity) bagi perjalanan bangsa, ummat dan persyarikatan. Disatu sisi kondisi kebangsaan yang masih terkungung oleh hemegoni kaum penjajah, yang sangat bertentangan dengan prikemanusiaan dan prikeadilan. Di sisi lain kondisi internak dunia kemahasiswaan dan gerakan mahasiswa terjebak pada pragmatisme yang mengakibatkan terpolarisasinya gerakan mahasiswa, hal tersebut dapat berakibat lemahnya perjuangan bangsa. Belum lagi praktek-praktek kehidupan keberagaman yang jauh dari nilai-nilai intelektual dan menyimpang dari ajaran Islam. Kondisi inilah yang menghendaki lahirnya Ikatan Muhammadiyah sebagai organisasi Islam yang diharapkan mampu melahirkan kader-kader yang kritis, visioner dan transformatif.

Selain itu IMM juga tidak lepas dari keberadaan Muhammadiyah sebagai organisasi induknya. Untuk melanjutkan gerakan pembaharuan Muhammadiyah dibutuhkan generasi yang kapabel, handal dan berkompeten dengan bingkai Akhlakul karimah sebagai pelopor, pelangsung dan penerus cita-cita dan amal usaha Muhammadiyah.

Dengan dasar tersebut di atas, 40 tahun yang silam tepatnya pada tanggal 29 Syawal 1384 H/14 Maret 1964 M, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dideklarasikan sebagai organisasi Islam yang menekankan gerakannya pada tiga dimensi gerakan yang dikenal dengan Trilogi Gerakan IMM yakni gerakan keagamaaan, gerakan kemahasiswaan, gerakan kemasyarakatan. Beberapa pendiri IMM yaitu: Yahya Muhaimin, Rosyad Shaleh, Djasman Al Kindi, Sudibyo Markus dan M. Amin Rais.


Identitas Gerakan IMM.

IMM hadir sebagai organisaasi kader, IMM diharapkan mampu melakukan pengembangan kompetensi Intelektual, humanitas dan spiritual para kadernya yang pada gilirannya mampu menggerakkan seluruh elemen masyarakat yang peduli akan kejayaan Ummat Islam dan Bangsa Indonesia. IMM juga adalah organisasi dakwah yang berarti setiap program yang dilakukan senantiasa dalam bingkai Amar Ma’ruf Nahi Mungkar untuk mewujudkan Rahmatal Lil Alamin. Sebagai Bagian Muhammadiyah, IMM adalah bagian dari mata rantai perjuangan Bangsa Indonesia


Ideologi Gerakan IMM

Sebagai Gerakan mahasiswa Islam, IMM memandang Islam sebagai landasan dan semangat perjuangan demi tegaknya nilai keadilan dan kemanusiaan, serta pedoman dalam setiap aktivitasnya demi terwujudnya cita masyarakat Islam ideal.


Visi dan Misi IMM

Visi IMM adalah terciptanya sebuah kondisi tatanan masyarakat kampus yang Ilmiah-Ilahiah dengan amal yang ilmiah dan ilmu yang amaliah.

Misi IMM melakukan pencerahan terhadap mahasiswa dan melakukan upaya pembinaan terpadu terhadap potensi fitrawi Manusia yakni intelektual, humanitas dan spiritual.


Tujuan IMM

Tujuan IMM sesuai dengan Anggaran Dasar adalah mengupayakan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlaq Mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah (terciptanya Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya).


Keanggotaan

IMM terbuka bagi siapa saja (mahasiswa) yang hendak bergabung dan sepakat dengan tujuannya. Dengan prinsip bahwa persaudaraan di IMM dilandasi oleh ikatan Aqidah Islam. Setiap mahasiswa dapat terlibat dalam kegiatan-kegiatan IMM dan untuk menjadi anggota IMM secara formal setiap mahasiswa harus melewati jenjang perkaderan formal yang dikenal dengan DARUL ARQAM, yang berjenjang mulai dari tingkat Dasar (DAD), Menengah (DAM) dan tingkat utama/Paripurna (DAP).

Beberapa perkaderan non formal lainnya adalah pelatihan instruktur, pelatihan advokasi, manajemen life skill, dan seminar-seminar Muslimah/keIMMawatian.


Billahi Fii Sabililhaq, Fastabiqul Khaerat

Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Created by IMM UNHAS Makassar